Yogyakarta (17/12/2023), Balai Diklat Keagamaan Semarang adakan Kegiatan Evaluasi, Pembinaan dan Pengembangan Kinerja Penyelenggara Pelatihan, dengan bekerja sama dengan LPPT Oase Indonesia (Event Organizer) sebagai pelaksana dalam acara tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel The Rich Yogyakarta dan diikuti oleh 80 pegawai.
Kegiatan dibuka dengan sambutan yang disampaikan oleh Kepala Balai Diklat Keagamaan Semarang, Bapak Dr. H. Muchammad Toha, S.Ag., M.Si. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pegawai Balai Diklat Keagamaan Semarang karena dapat hadir dan berkumpul untuk mengikuti kegiatan ini. Beliau melanjutkan, kegiatan Evaluasi, Pembinaan dan Pengembangan Kinerja Penyelenggara Pelatihan dilaksanakan dalam rangka membangun dan menambah semangat untuk peningkatan kinerja seluruh pegawai Balai Diklat Keagamaan Semarang. Beliau kemudian mengajak kepada seluruh pegawai agar mampu bekerja dengan baik dan bijak. Pegawai harus dapat menempatkan diri sesuai dengan posisi serta kompetensi masing-masing, serta menumbuhkan rasa kebersamaan, dan sama – sama memiliki tanggung jawab dalam memajukan instansi.
Dalam kegiatan ini membahas 2 tema yaitu Analisis Kebutuhan Pelatihan (AKP) dan Evaluasi Pasca Pelatihan (EPP). Kegiatan Analisis Kebutuhan Pelatihan (AKP) dimulai pukul 08.00 WIB. Kegiatan AKP dipimpin oleh Bapak Dr. H. Mutadi, M.Ed. Di awal beliau menjelaskan pengertian dari pelatihan. Yakni pelatihan terdiri dari upaya terencana organisasi untuk membantu karyawan memperoleh pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan, dengan tujuan untuk diterapkan pada pekerjaan. Dimana pelatihan berorientasi pada manajemen kualitas kepada pelanggan, yakni terdiri dari 1) bahan dan jasa yang dipasok ke organisasi. 2) semua proses penting dalam organisasi. 3) memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan masa depan. Menurut Mondy dan Martocchio serta Mathis dan Jackson, pendekatan sistematis ialah pelatihan sistematis yang terdiri dari empat tahap, yaitu penilaian kebutuhan pelatihan, desain pelatihan, gaya penyampaian pelatihan dan evaluasi pelatihan.
Beliau kemudian menjelaskan empat tahap pendekatan sistematis terhadap proses pelatihan, yakni 1) Pelatihan kebutuhan pelatihan adalah proses strategis yang melibatkan identifikasi organisasi, tujuan industri, pengumpulan kompetensi dan analisis informasi, menentukan kesenjangan antara situasi saat ini dan kondisi masa depan. 2) Desain pelatihan yang efektif mempertimbangkan peserta didik dan strategi pengajaran, serta bagaimana memaksimalkan transfer pelatihan dari kelas ke lokasi kerja. 3) Gaya penyampaian pelatihan, sangat penting karena merupakan metode pergantian karyawan yang diharapkan dari peserta pelatihan. Gaya penyampaian akan memudahkan jenis pelatihan, banyak pendekatan dan metode yang dapat digunakan untuk menyampaikan: prinsip pembelajaran orang dewasa, gaya belajar dan materi pelatihan. 4) Evaluasi pelatihan merupakan tahap akhir dari program pelatihan. Hal ini merupakan sarana untuk memverifikasi keberhasilan program, yaitu apakah karyawan dalam program melakukan pekerjaan mereka secara efektif sesuai dengan apa yang telah mereka dilatih.
Beliau menjelaskan target responden AKP di BDK Semarang dibagi menjadi 2 bagian, yakni Analisis Kebutuhan Pelatihan Eksternal (AKPE) dan Analisis Kebutuhan Pelatihan Internal (AKPI). AKPE dilakukan untuk mengetahui kebutuhan pelatihan pegawai di luar kantor BDK Semarang. Responden AKPE meliputi, Kepala Kantor Kemenag/Kabid, Administrator, Analis Pengembang SDM, Penyuluh, Penghulu, Pengawas, Kamad/Wakamad/Kepala RA, Kepala TU Madrasah, Guru/Guru RA/Guru TPQ/Guru Madin, Takmir Masjid, Pranata Komputer, Pranata Humas, Statistisi, Perencana, Pengembang Teknologi Pembelajaran, Arsiparis, Pustakawan. Sedangkan AKPI merupakan analisis kebutuhan pelatihan untuk internal pegawai dan widyaiswara yang ada di lingkungan kantor BDK Semarang. Responden AKPI meliputi, Pegawai Non PNS, JFT Widyaiswara, JFU BDK Semarang, JFT Arsiparis, JFT Pranata Humas, JFT Pengembang Teknologi Pembelajaran, JFT Statistisi, JFT Analisis SDM Aparatur, JFT Perencana, JFT Pustakawan, JFT Pranata Komputer.
Kemudian beliau menjabarkan kerangka berfikir (framework) kegiatan AKP di BDK Semarang. Dimulai dari menentukan target responden kemudian pengisian instrumen yang nantinya akan diperoleh data. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan metode triangulasi (triangulation method). Dalam penelitian, triangulasi adalah pendekatan yang digunakan untuk memperkuat validitas dan reliabilitas hasil penelitian dengan menggabungkan metode, sumber data, atau perspektif. Selain itu, triangulasi dapat membantu mencegah bias konfirmasi atau kesalahan yang terjadi ketika orang secara tidak sadar memberikan bukti atas pendapat yang sudah mereka pegang. Setelah data selesai di triangulasi akan menghasilkan hasil belajar, mata pelatihan dan kursil.
Pukul 12.00 WIB peserta beristirahat, menyantap makan siang, dan ibadah salat. Kemudian melakukan persiapan untuk mengikuti kegiatan Evaluasi Pasca Pelatihan (EPP) yang dilaksanakan di Ballroom 2 Hotel The Rich Yogyakarta. Kegiatan Evaluasi Pasca Pelatihan (EPP) dimulai kembali pukul 13.00 WIB. Kegiatan EPP dipimpin oleh Ibu Hj. Nurul Kamilati, M.Pd., M.Ed. Beliau menyampaikan pada tahun anggaran 2023, Tim Pelatihan Tenaga Administrasi Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan (BDK) Semarang telah menyelenggarakan beberapa jenis pelatihan, diantaranya : Pelatihan di Wilayah Kerja (PDWK), Pelatian Jarak Jauh (PJJ), Orientasi PPPK (ODWK), Pelatihan Reguler.
Evaluasi pasca pelatihan (EPP) adalah salah satu fungsi dalam tahapan kontrol dalam suatu proses manajemen penyelenggaraan pelatihan. evaluasi pasca pelatihan adalah suatu kegiatan untuk mengukur tingkat keberhasilan proses berlatih-melatih secara obyektif, dapat dipercaya (reliable) dan sahih/absah (Valid) yang dilakukan setelah selesai proses pelatihan. Evaluasi pasca pelatihan dilaksanakan minimal tiga bulan setelah selesai pelatihan. Evaluasi pasca pelatihan mempunyai dua indikator keberhasilan, yaitu: (1) efektivitas dinilai dari tingkat penerapan materi pelatihan terhadap peningkatan kompetensi kerja bagi aparatur dan non aparatur, dan (2) manfaat pelatihan dinilai dari tingkat dukungan hasil pelatihan terhadap tugas fungsi/ pekerjaan pada organisasi/ tempat kerja.
Beliau menyampaikan peserta kegiatan EPP terdiri dari 2 kelompok, yaitu 1) Kelompok Responden yang terdiri dari a. Alumni yang merupakan perwakilan peserta pelatihan dari seluruh Kab/ Kota Kementerian Agama di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah dan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 432 orang, b. Atasan alumni yang menjadi responden sebanyak 28 orang, c. Rekan sejawat alumni yang menjadi responden sebanyak 29 orang. 2) Tim Pengolah Data Finalisasi Hasil Evaluasi Pasca Pelatihan yang terdiri dari a. Peserta stakeholder eksternal BDK Semarang, b. Tim Finalisasi Hasil Evaluasi Pasca Pelatihan BDK Semarang.
Pelaksanaan Evaluasi Pasca Pelatihan (EPP) dilakukan melalui survey yakni secara online dan wawancara. Secara online melalui pengisian kuesioner pada link yang telah diberikan kepada alumni pelatihan. Kuesioner diisi oleh alumni pelatihan dan mentor/atasan langsung, sedangkan wawancara dilakukan kepada Mentor/atasan langsung alumni. Responden alumni terdiri dari tiga kategori, 1) Tenaga Pendidikan, seperti guru, kepala madrasah, dan pengawas. 2) Tenaga Keagamaan, seperti penyuluh, penghulu, takmir masjid, marbot masjid, perwakilan organisasi kemasyarakatan. 3) Tenaga Administrasi, seperti jabfung selain guru dan pengawas, peserta ODWK.
Kemudian beliau menyampaikan hasil pengolahan data terhadap instrumen alumni pelatihan dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu: dampak terhadap peserta pelatihan, dampak terhadap instansi pengirim peserta pelatihan dan analisis layanan kediklatan sebagai berikut, a. Dampak terhadap teman sejawat alumni PJJ dan PDWK Pelatihan Administrasi, teman sejawat dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan hasil pelatihan yang mendukung pekerjaan, sehingga mampu meningkatkan wawasan keilmuan sesuai dengan tugas, dan fungsi pokoknya. b. Dampak terhadap instansi pengirim, instansi pengirim merasakan bahwa alumni Pelatihan lebih mampu mengembangkan karirnya, lebih kreatif dan inovatif dalam bekerja, menjadi lebih baik dalam bergaul dengan teman kerjanya, menjadi lebih baik dalam komunikasi dan koordinasi dengan atasannya, menjadi lebih disiplin dalam bekerja, lebih aktif bekerjasama dalam kelompok, lebih terbuka menerima saran dan pendapat dari orang lain dan lebih aktif memberikan saran untuk perbaikan instansi. Hal – hal tersebut diharapkan dapat juga dilakukan oleh teman sejawat alumni pelatihan. c. Pelayanan kediklatan, pelayanan harus terus ditingkatkan demi penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan di masa mendatang. Pelayanan dan Kerjasama panitia, desain pembelajaran, kurikulum pelatihan, kompetensi widyaiswara perlu lebih ditingkatkan lagi. Kelas dibuat lebih interaktif, diberikan tugas yang kreatif dan inovatif, serta perlu diadakan sosialisasi lebih lanjut terutama bagi peserta yang kurang menguasai komputer (IT).